LOGO

LOGO
LOGO PARKIR

Senin, 05 Januari 2009

CATATAN KEENAM

CATATAN KEENAM – LIFE MUST GO ON

Sang Hidup
Alur kemestian
Pada apa yang dinamakan kehidupan
Yang harus dijalani
Yang harus ditapaki
Tak peduli
Dalamnya lubang menganga
Kerasnya gelombang menghadang
Hebatnya badai menerpa
Karena itulah
Saripati
Yang harus diresapi
Bahwa kebangkitan dari kejatuhan
Adalah makna sejati
Dari kehidupan
Berat pasti
Sukar memang
Tapi bukan tidak mungkin
Wahai hidup!
Biarlah dirimu kupeluk
Erat
Lekat
Dalam naungan
Tangan Sang Agung

“Teman-teman terkasih! Sore hari ini kita kedatangan tamu yang bisa dikatakan istimewa ... apanya yang istimewa? ... Nanti kita akan dengarkan bersama kesaksian dari tamu kita ini! Baik ... saya akan perkenalkan ... tamu kita yang telah berada di samping saya ... namanya Karelius Irghi Bramantyo atau Karel” dokter Herman selaku pembina Komunitas Harapan Tak Kunjung Usai memperkenalkan aku pada para anggota Komunitas, begitu biasanya perkumpulan yang diprakarsai oleh dokter Herman ini disebut. Komunitas adalah sebuah lembaga yang menghimpun orang-orang ‘positif’ seperti diriku dan bertujuan untuk melakukan pendampingan serta pembinaan bagi kaum ‘positif’ beserta keluarganya dan orang-orang yang dekat dengan mereka.
Tepuk tangan meriah menggema ke seluruh ruangan. Ada 27 orang yang hadir sore hari ini, selain diriku dan dokter Herman. Ada juga rasa tersentuh melihat dan merasakan sambutan yang hangat dari para anggota Komunitas mengalir dalam darahku ... ya seketika rasa senasib sepenanggungan meresap dalam hatiku.
“Terima kasih teman-teman semua ... terima kasih dokter Herman! Nama Saya Karelius Irghi Bramantyo atau biasa dipanggil Karel! Usia 31 tahun ... lahir dan besar di Jakarta ...” Begitulah untuk seterusnya aku memperkenalkan diriku, dibantu oleh dokter Herman, di hari pertamaku bergabung dengan Komunitas.


24092006
22.18 WIB
Habis ikut Sharing Mingguan di Komunitas ...
Bapa,
Ini adalah kali ketiga aku ikut kegiatan di Komunitas
Dua kali hanya sebagai partisipan atau undangan yang hanya datang saja
Dan hari ini –kali yang ketiga- aku sudah benar-benar bergabung dengan Komunitas
Dan benar-benar aku semakin dikuatkan
Bahwa apapun
Ya ... apapun yang terjadi pada diriku
Termasuk AIDS yang menjangkiti tubuhku ini
Hidup belumlah berakhir
Dan hidup masihlah terus berjalan
AIDS yang semula aku kira menjadi penyebab
Porak-porandanya hidupku
Ternyata selama ini telah aku gunakan sebagai ‘alat’ untuk membenarkan ego sentrisku bahwa yang aku alami adalah tidak adil ... tidak seharusnya terjadi!
Aku terjerumus pada rasa pemberontakan akan kenyataan,
Yang pada akhirnya semakin menenggelamkan diriku
Ke dalam jurang kehancuran
Puji Tuhan ...
Hal tersebut dapat aku lalui dan hanya berkat penyertaanMu saja ... ya Bapa!
Ada rasa bangga juga ketika momen perkenalan dengan para anggota Komunitas tadi sore. Ketika dokter Herman memperkenalkan dan mengatakan bahwa aku ‘istimewa’. Istimewa bahwa aku seorang sarjana teologi dan menjadi ‘kaum positif’ bukan sebagai akibat dari apa aku lakukan. Dan aku mampu melalui tahap paling kritis dalam keberadaanku ini.
“Teman-teman ... Puji Tuhan kalau saudara kita ini bersedia bergabung dan bersharing bersama kita di sini. Karena apa ...? Karel ini adalah sarjana teologi dan bahkan sebenarnya sempat menjadi seorang Vikaris atau calon pendeta sebelum akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri ... Begitu bukan, Karel? Apalagi Karel ini menjadi ‘positif’ melalui transfusi darah sewaktu dirinya kecelakaan ... sungguh suatu perjuangan yang sangat berat tentu saja untuk dapat menerima kenyataan yang terjadi ...” dokter Herman menyampaikan sekilas riwayat perjalanan hidupku.
“Nah, seperti yang saya katakan ‘istimewa’ tadi di awal ... kehadiran Karel di tengah-tengah kita tentu akan sangat membantu kita semua ... karena kita akan semakin dikuatkan dalam sisi spiritual! Kita beri aplaus untuk teman baru kita ... Karel ...”

# # #

MEMAHAMI HIV/AIDS DAN PENANGGULANGANNYA
Memahami HIV/AIDS dan para penderitanya sebaiknya tidak menempatkan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) sebagai suatu obyek penderita. Kacamata yang sering dipergunakan oleh orang-orang pada umumnya. Memposisikan ODHA hanya dengan KASIHAN dan memperlakukan mereka hanya sebagai kaum lemah ‘serba tak bisa apa-apa’ sama sekali tidak lebih baik dengan meminggirkan mereka dalam kehidupan sosial.
Rasa kasihan yang tidak pada tempatnya, hanya akan melanggengkan label yang kadung melekat bahwa ODHA hanyalah ‘sampah’. Sesuatu yang ada tapi tidak berguna. Untuk itu, penulis mencoba mengajak pembaca untuk lebih dalam menyelami HIV/AIDS dan penanggulangannya. Ada baiknya catatan-catatan berikut ini kita cermati bersama.

Karel menghentikan sejenak aktivitas mengetik tombol-tombol aksara di atas keyboard komputernya. Membaca ulang apa yang telah diketiknya. Dan kemudian mengambil secarik kertas print out yang memang telah disiapkan sebelumnya di samping key board.
“Dewi ... Dewi! Kamu itu kalau sudah punya kemauan, ya begini ini ... pokoknya HARUS! Ya Harus! Hehehe ... Dasar!” Karel tersenyum mengingat kembali bagaimana pagi tadi Dewi menelepon dirinya untuk meminta sumbangan Artikel mengenai ODHA dan penanggulangan HIV/AIDS, dari sisi ODHA itu sendiri.
“Kak Karel ... tolong Dewi ya buatin Artikelnya. Nanti malem Dewi ambil ke rumah Kakak!”
“Hah ... gak salah nih! Masak buat nulis artikel cuma dikasih waktu beberapa jam aja! Wah .... mepet banget ya!”
“Yah ... Kak Karel tolongin Dewi dong! Soalnya besok Majalah Gerejanya udah mau naik cetak ... ya Kak please ... please!”
“Udah deh repot kalo udah begini ... gak ada kata selain, ‘iya’ kan? Hehehe ...”
“Maaf deh Kak ... tapi Kak Karel bisa kan? Pasti bisa deh, kan Kakak udah biasa nulis-nulis so gak bakalan susah ... hihihi!”
“Iya ... iya ... adik kecil! Aku buat sebisanya ya ... en tar malem jam lapanan aja kesininya ... oke? By the way ... udah dapet nama belum buat Majalah barunya?”
“Asyik ... gitu dong! Eh ... iya ... belum dapet nama yang sreg nih Kak! Kakak ada ide?”
“Tuh ... kan ... belum dapet nama aja besok udah naik cetak ...”
“O .. gitu! Ya udah deh kalo gak mau bikinin artikel bilang aja ...” Ada nada meninggi di seberang sana.
“Hehehe ... gitu aja ngambek! Bceanda kok .. pasti aku bikinin Mbak Dewi ... eh gimana kalo Majalahnya dikasih nama JANABADRA?”
“Wah ... kayaknya boleh juga tuh namanya ... apa tadi ... ?”
“Yanabadra .. tulisannya pake J tapi dibacanya Y ... gimana udah jelas ..”
“Yap ... tapi ... hihihi ... jadi malu ngomongnya! Artinya apa Kak?”
“Artinya ... mmm ... apa ya? Kok jadi ...”
“Nah mulai lagi kan! Seneng banget sih ngeledekin orang! Gak lucu tau!”
“Hehehe ... iya ... iya! Artinya Cahaya Pengetahuan ... dari bahasa Sansekerta”
“Emang deh gak percuma punya Kakak yang satu ini! Makasih banyak ya Kak! Dewi seneng banget deh kayaknya kalo sama Kak Karel gak ada yang gak bisa dipecahin ...”
“Udah ... udah ... tar ada yang kegeeran! Oke see you later ...”
“Oke Kak Karel ...sampe nanti malem! Makasih ya ... I mean it!”
“You.re welcome ...!”
“Klik ...”
Karel masih tersenyum-senyum sendirian, “Eh ... kok jadi ngelantur gini ...! Mending nerusin kerjaan ...!” Karel menghentikan perjalanan melompat ke masa lalunya yang belum lama berselang dan kembali berkutat dengan lembaran kertas serta tombol-tombol key board yang memang sudah menjadi ‘makanan’-nya setiap hari.
ASAS – ASAS PENANGGULANGAN HIV/AIDS
HIV/AIDS telah ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak tahun 1987. Karena stigma yang melekat dengan HIV?AIDS, masalah kesehatan ini selalu diliputi nuansa ketakutan dan rasa malu.
Sementara itu, jumlah orang yang terinfeksi HIV di Indonesia terus bertambah. Bahkan pada The 6th International Congress on AIDS in Asia and the Pacific di Melbourne bulan Oktober 2001 lalu, Indonesia disebut oleh dr. Peter Piot, Executive Director UNAIDS sebagai negara dengan epidemi yang meledak. Namun, berbicara HIV/AIDS jangan direpresentasikan dan dilihat sebagai statistik semata. Setiap angka dalam statistik mewakili satu orang manusia yang mempunyai martabat, hak dan kewajiban seperti manusia lainnya.
Kami peserta Pertemuan Nasional Orang dengan HIV/AIDS II, yaitu orang-orang yang hidup dengan HIV beserta keluarga, teman, dan pendampingnya, melihat diri kami sebagai bagian dari penyelesaian. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan obyek atau sasaran semata, melainkan mempunyai peran dan tanggung jawab dalam upaya dukungan dan pencegahan AIDS. Sebagai orang yang hidupnya tersentuh langsung oleh HIV, kami juga adalah pihak yang merasakan dampak dari segala kebijakan dan program AIDS yang ada, kekosongan dari keduanya. Kami prihatin akan keterbatasan dukungan untuk orang HIV-positif di Indonesia saat ini dan sikap-sikap serta tindakan diskriminatif yang masih dialami oleh orang HIV-positifsampai sekarang. Kami juga prihatin akan pihak-pihak yang mengambil manfaat dari orang HIV-positif dengan berbagai cara. Berdasarkan itu, kami mengusulkan kepada para pembuat kebijakan, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, penyedia layanan, dan lembaga donor untuk memperhatikan beberapa asas di bawah dalam segala upayanya menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia :
• Upaya penanggulangan HIV/AIDS nasional harus memperhatikan aspek dukungan dan perawatan, selain aspek pencegahan.
• Pengembangan program untuk orang HIV-positif diminta untuk mengutamakan :
1. Penyebaraluasan informasi yang lengkap dan benar untuk masyarakat supaya dapat menerima keberadaan orang HIV-poitif dengan wajar dan tidak menghakimi.
2. Mendukung pembentukan kelompok dukungan (support group) di tingkat lokal dan wilayah.
3. Penyediaan informasi lebih lanjut mengenai topik-topik terkait dengan hidup HIV
4. Peningkatan ketersediaan layanan dan tenaga kesehatan yang bersahabat dengan orang HIV-positif.
5. Pemberdayaan dan kesempatan bagi orang HIV-positif untuk bisa bekerja dan berpenghidupan yang layak. Hak orang HIV-positif untuk memperoleh pekerjaan agar dilindungi.
6. Mendorong adanya keterlibatan orang HIV-positif secara bermakna dalam tiap tahapan pembuatan (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi), serta memberikan keterampilan agar orang HIV-positif bisa memenuhi peran tersebut dengan nyata.
7. Tersedeianya dukungan sebelum dan sesudah tes agar orang HIV-positif dapat menerima hasil tes dan menjalani hidup secara positif dan bermartabat.
8. Memberikan keterampilan pada orang HIV-positif yang berbicara di depan umum agar lebih percaya diri.
• Upaya penanggulangan AIDS harus dilakukan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Perlindungan dan penegakan hak asasi manusia untuk orang HIV-positif perlu ditingkatkan.



• Pemerolehan obat-obatan antiretroviral dan obat-obatan untuk infeksi oportunistik dengan standar yang baik dengan harga terjangkau perlu segera ditingkatkan dan lebih merata.
• Hak orang HIV-positif untuk mempunyai keturunan agar dilindungi dan segala upaya dilaksanakan agar bisa dilakukan dengan cara paling aman untuk ibu dan bayi.
Asas-Asas Penanggulangan HIV/AIDS ini merupakan masukan dari Peserta Pertemuan Nasional Orang dengan HIV/AIDS II tahun 2001 yang dihadiri 34 orang dari 11 propinsi di Indonesia. Huruf yang dicetak tebal merupakan penekanan dari penulis.
Peran dan upaya pemerintah Republik Indonesia dalam penanganan HIV/AIDS, dapat dicermati dalam Dokumen Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2007 – 2010 yang ditetapkan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional. Ringkasannya adalah sebagai berikut :
Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang mengalami peningkatan pesat dalam 10 tahun terakhir dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan jika upaya penanggulangan tidak di percepat dan di perluas. Diperkirakan akan ada 1 (satu) juta infeksi HIV baru termasuk 350 ribu orang meninggal karena AIDS dalam 10 tahun kedepan jika upaya penanggulangan masih tetap menggunakan paradigma lama. Kenyataan di atas menjadi dasar diluncurkannya Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2007 – 2010.
Dr. Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional menjelaskan bahwa Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007–2010 juga merupakan kelanjutan dari amanat yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.75 tahun 2006 yang mengharuskan adanya peningkatan penanggulangan di seluruh Indonesia termasuk mewajibkan daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk mendorong adanya kebijakan penanggulangan dan pengalokasian dana penanggulangan melalui APBD.
Tujuan umum penanggulangan HIV dan AIDS dalam Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007–2010 adalah mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat, yang diarahkan pada 7 (tujuh) area prioritas, yaitu: (1) Pencegahan Infeksi Menular Seksual, HIV dan AIDS; (2) Perawatan, pengobatan dan dukungan kepada ODHA; (3) Surveilans HIV dan AIDS serta Infeksi Menular Seksual; (4) Penelitian dan riset operasional; (5) Lingkungan Kondusif; (6) Koordinasi dan harmonisasi multipihak; dan (7) Kesinambungan Penanggulangan.
Strategi Nasional yang baru ini menjelaskan bahwa upaya penanggulangan diarahkan kepada kelompok orang dengan HIV dan AIDS (Infected People), kelompok yang beresiko tertular (High-Risk People), kelompok yang rentan penularan (Vulnerable People) dan masyarakat umum (general population).
Untuk mencapai tujuan pencegahan, Strategi Nasional ini mengarahkan pada kegiatan-kegiatan yang dikelompokkan dalam program-program: (1) Program peningkatan pelayanan konseling dan testing sukarela; (2) Program peningkatan penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko, yang juga mencakup program Behaviour Change Intervention (BCI); (3) Program pengurangan dampak buruk penyalahgunaan NAPZA suntik atau Harm Reduction; (4) Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak; (5) Program penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS); (6) Program penyediaan darah dan produk darah yang aman; (7) Program peningkatan kewaspadaan universal; (8) Program komunikasi publik; (9) Program pendidikan ketrampilan hidup; dan (10) Program perlindungan, perawatan dan dukungan pada anak.
Demikian sedikit gambaran mengenai bagaimana memahami HIV/AIDS dan penanggulangannya. Semoga dapat menjadi bahan perenungan bagi kita bersama. Tuhan memberkati.

”Ah ... akhirnya selesai juga ...!” Aku menghempaskan tubuhku ke sandaran kursi. Dan kembali pikiranku melayang ke masa-masa yang telah berselang. Dewi atau lengkapnya Maria Magdalena Citra Dewi Anggini adalah seorang aktivis gereja di tempat aku dulu menjadi Vikaris atau Calon Pendeta di sana. Dia adalah satu dari sedikit orang yang tidak peduli dengan kondisi penyakit AIDS-ku. Persahabatanku dengan Dewi tidak pernah berubah. Sebelum dan sesudah aku dinyatakan positif mengidap AIDS, Dewi tetap menjadi sahabat dalam pelayanan. Yang berbeda hanyalah intensitas pertemuan semakin berkurang semenjak aku mengundurkan diri sebagai Vikaris dan akhirnya melepaskan sedikit demi sedikit aktivitas di gereja.

# # #

11102006
14.02 WIB
Bapa penuh rahmat,
Engkau memang tak pernah meninggalkan umatMU
Aktivitasku dengan Komunitas pada akhirnya semakin menguatkan diriku bahwa semua cobaan atau ujian yang dialami dalam hidup ini pasti akan ada jalan keluarnya ... dan pasti tidak akan pernah melampaui kekuatan kita untuk menanggung dan menjalaninya
Melalui kegiatan-kegiatan di Komunitas ...
Aku semakin dibukakan bahwa dunia pelayanan atau ladang pembenihan kasih karunia Allah dapat dilakukan di mana saja ... tidak terbatas di dunia atau lingkungan gereja semata
Aku juga semakin dapat menyelami pemikiran kedua sobatku –Albert dan Bono- yang lebih memilih untuk bergelut di dunia non gerejawi. Namun, pada dasarnya apa yang mereka lakukan adalah bentuk pelayanan juga.
Albert ... saat ini tengah berkecimpung dengan perjuangan-perjuangan dalam mengupayakan Advokasi yang seadil-adilnya bagi anak-anak jalanan dan kaum miskin kota. Dia curahkan perhatiannya kepada golongan marjinal bukan semata demi dapat disebut pahlawan, apalagi demi mendapatkan keuntungan materi. Sama sekali tidak! Albert justru menggunakan tabungan pribadinya untuk dapat berkiprah melakukan pembelaan dan pendampingan bagi kaum marjinal. Kaum yang dipinggirkan dan selalu dipandang sebelah mata.
Walaupun sampai sekarang aku masih saja sering bertanya mengapa Albert masih saja menganut ideologi ‘Religiositas tanpa Ritual’ ... ya Albert memang masih seperti Albert yang dulu dalam hal religi. Baginya untuk dapat dekat dengan Sang Maha Ada tidak harus selalu melalui ibadah atau ritual-ritual rohani lainnya, karena Allah tidak hanya hadir saat hari Minggu. Bagi Albert, praksis kita dalam keseharian hiduplah yang mencerminkan ketaatan kita dengan Sang Maha Ada atau tidak.
Sebuah pemahaman yang dapat aku pahami ... namun sekaligus juga tidak sepenuhnya aku setujui.
Sementara Bono ... tidak perlu diragukan lagi perhatiannya terhadap kaum tertindas atau golongan yang diperlakukan tidak adil. Bono seperti menemukan partner yang sehati dan sepikiran sekaligus juga dapat mengontrol dirinya. Om Kim, paman Albert, memang memiliki visi dalam memandang hidup yang sama dengan Bono. Keterbatasan Om Kim adalah faktor usia yang sudah tidak muda lagi, dan begitu bertemu dengan semangat muda Bono ... saling melengkapilah Bono dan Om Kim. Ditambah dengan Arini yang pengetahuannya di bidang medis ternyata cukup dapat diandalkan. Sehingga Bono dapat bergelut dengan dunia yang selama ini memang menjadi impiannya. Berwiraswasta ... yang sekaligus berarti membuka lapangan pekerjaan dan membina kaum tertindas.
Walaupun untuk urusan spiritual, Bono berbeda sekali dengan Albert. Bono adalah juga seorang yang tekun untuk beribadah setiap hari. Namun, ibadah yang dilakukan hanyalah pada lingkup keluarga semata. Bono tidak pernah bersekutu bersama dengan saudara-saudara seiman di dalam gereja, karena dirinya beranggapan gereja yang sejati adalah hati kita dan semua tempat dapat menjadi gereja.
Sekali lagi ... sebuah keyakinan yang dapat aku pahami ... namun sekaligus juga tidak sepenuhnya aku setujui.
Begitulah ... pemahaman spiritual kedua sahabatku tercinta
Pada akhirnya memang kami bertiga memiliki pemahaman dan keyakinan masing-masing dalam religiositas. Namun, pada dasarnya dengan satu muara yang sama bahwa semuanya kembali kepada Sang Maha Ada. Sang Trinitas Agung -Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Semua berasal dan kembali.
Sementara diriku ini ...
Seorang Karelius Irghi Bramantyo ...
Tampaknya di Komunitaslah ... ladang pelayananku yang sesungguhnya
Ladang yang telah dipersiapkan oleh Sang Khalik
Bagi diriku ini untuk lebih menempa keyakinanku
Ya ... kian hari aku semakin merasakan
Bahwa di sinilah panggilanku yang sesungguhnya
Bapa,
Terus pimpin dan bimbing langkah anakMu ini
Di dalam pergulatan arus kehidupan
Bapa,
Biarlah semua yang terjadi dalam hidupku hanya seturut dengan kehendakMu
Biarlah hanya karsaMu saja yang bertahta di dalam hati ini ...
Biarlah hambaMu nan lemah ini dapat selalu bersandar
Hanya padaMu
Dan selalu padaMu
Apapun dan bagaimanapun keadaan yang ada
Seperti aliran syair berikut ...

DATANGLAH DOMBA TERKASIH
Sekian lama
Hati beravonturir
Timur selatan barat tenggara
Berlaku laksana mahasiddha
Yang adalah topeng
Bagi kerdilnya jiwa
Membuncah pada klimaksnya
Menjadi ada yang tiada


Menjelma pada senjakala ning urip
Halimun menyelimuti segenap akses
Merupa kuldesak
Ternyatalah
Bahwa
Diri ini alpa belaka
Akan gaung titah
Lembut mengalun
memangggil
membelai
membasuh
Masuklah dalamKu
S’rahkanlah segala dipangkuanKu
Mari datang dombaKu terkasih
Rasakan Air Hidup nan sejuk
DaripadaKu

- Thanks to Franky Sihombing for the song “Temukanlah HatiKu” -

Tidak ada komentar: