LOGO

LOGO
LOGO PARKIR

Rabu, 21 Januari 2009

CATATAN KEDUABELAS

SEMUA ADA MASANYA


“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya ... Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Pengkhotbah 3 : 1, 11

Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketika saya ditanyakan untuk memilih perikop Alkitab sebagai bahan khotbah saya hari ini. Saya langsung teringat dengan perikop di atas. Sebuah perikop yang secara pribadi saya sukai, terutama akan makna tersirat di dalamnya.
Kitab Pengkhotbah di dalam Perjanjian Lama termasuk di dalam bagian dari karya sastra hokmah atau hikmat-hikmat dan tergolong dalam lima megillot atau gulungan-gulungan, yang biasa dipergunakan dalam perayaan-perayaan resmi bangsa Yahudi. Selain Pengkhotbah, yang termasuk Kitab Megillot adalah Rut, Kidung Agung, Ratapan, dan Ester. Adapun Kitab Pengkhotbah dipakai atau dibacakan pada Hari Raya Pondok Daun. Hari Raya Pondok Daun atau dalam bahasa Ibrani Khag Hasukkot sendiri adalah salah satu dari tiga pesta besar Yahudi yang dirayakan setiap tahun. Inilah pesta perayaan akhir tahun ketika panen dituai dan ketika setiap laki-laki harus muncul di hadapan Tuhan.
Nama ‘Hari Raya Pondok Daun’ berasal dari kebiasaan bahwa setiap orang Israel harus berdiam di dalam pondok yang dibuat dari cabang dan daun selama masa tujuh hari pesta itu. Pesta Perayaan Pondok Daun ini merupakan juga peringatan akan keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan masa pengembaraan di padang gurun. Di mana saat itu bangsa Israel tinggal di dalam pondok-pondok.
Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Nama ‘Pengkhotbah’ sendiri merupakan terjemahan dari kata Ibrani Qohelet, yaitu orang yang memanggil suatu sidang, mungkin dalam rangka untuk pengajaran. Qohelet mengambil bahan tulisan dari pengamatan penulis sendiri mengenai hidup dan bukan berasal dari Kitab Taurat atau Nabi-Nabi.
Begitulah sekilas mengenai latar belakang Kitab Pengkhotbah.
Sementara Pengkhotbah pasal tiga ayat yang pertama dan kesebelas yang menjadi perikop, berisi mengenai pengendalian Allah atas semua peristiwa di dalam kehidupan ini dan bahwa manusia tidak akan pernah dapat mengetahui misteri rencana Allah atas diri mereka. Rencana berupa kemisterian tak terjangkau oleh manusia, yang akan menjadi indah pada waktunya. Untuk itulah, manusia hendaknya menikmati kehidupan sekarang sebagaimana telah diberikan kepada Allah. Apa pun bentuk kehidupan yang terjadi, karena Allah bekerja demi kebaikan manusia dan pekerjaan Allah akan indah pada waktu yang tepat.
Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan,
Apa yang akan saya sampaikan pada Khotbah Perdana saya ini, merupakan kupasan mengenai RENCANA BAIK TUHAN kepada kita, umat yang dikasihiNya. Sebelumnya saya minta maaf jika terlihat kaku dalam penyampaian Khotbah ini. Jujur, seberapa pun banyaknya persiapan yang saya lakukan, namun tetap rasa grogi menghinggapi saya.
Baik,
Kita tentu sudah akrab dengan kalimat, “TUHAN MEMILIKI RENCANA YANG BAIK UNTUK KITA”. Dan kita juga tidak asing dengan pertanyaan berikut, “SEBENARNYA APA RENCANA TUHAN YANG SESUNGGUHNYA PADA DIRIKU?”. Ya ... sebuah jaminan akan sesuatu yang baik yang akan diberikan Sang Khalik kepada kita. Sesuatu yang baik yang telah dirancang olehNya bagi kita. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah, “Apakah sesederhana itu ...?”
Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
... share-kan pengalaman pribadi saat mengetahui mengidap AIDS dan membuyar semua rencana hidup yang disusun ...
Demikianlah sekelumit perjalanan hidup saya. Porak porandanya semua rencana yang telah disusun untuk menapaki kehidupan. Hancur berkeping-kepingnya cita-cita. Remuk redamnya hati ini menghadapi kepahitan hidup.
Namun, pada akhirnya RENCANA BAIK sajalah yang Tuhan rancang. Rencana Baik yang datang TEPAT PADA WAKTUNYA dan INDAH!
Sungguh INDAH ... ketika pada akhirnya saya dapat berdiri di depan Saudara-Saudara sekalian ... di saat sekarang ini.
Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Saya teringat akan Pesan Bunda Teresa yang mungkin akan dapat menjadi perenungan kita bersama, demikian pesan beliau ...
Apa yang Anda bangun selama bertahun-tahun, bisa saja dihancurkan orang dalam semalam ...
MEMBANGUNLAH SELALU
Jika Anda mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, mereka mungkin iri hati ...
BERBAHAGIALAH SELALU
KEBAIKAN YANG Anda buat hari ini akan dilupakan orang besok ...
TETAPLAH BERBUAT BAIK
Amin.

“Kak Karel ... jelas sekali uraian dalam khotbah Kakak! Riska senang membacanya ... seperti ada yang dibangkitkan ... begitu kali ya bahasa rohaninya ... hihihi! Tapi sungguh Kak Karel ... bagus kok isinya ...” Ada kilatan-kilatan bening di mata Riska begitu selesai membaca Rancangan Khotbah yang aku susun.
“Yah ... Kakak hanya memetik pengalaman dari apa yang telah Kakak alami selama beberapa tahun belakangan ini ... ketika Kakak dinyatakan mengidap AIDS ... dan juga bagaimana orang-orang di sekitar Kakak yang begitu sabar mendampingi selama ini ...”
“Iya ... Kak! Bagus kok Rancangan Khotbahnya ... wah kalau ada Lomba Khotbah Terbaik ... bisa-bisa Kakak jadi juaranya ... hihihi!”
“Dasar ...! Bisa aja kamu ... sudah ... sudah ... Kakak mau tidur dulu ... capek nih!”
“Oke ... Bos! By the way ... Kak Dewi dateng kan di acara Pentahbisan Kakak ...?”
“Undangannya sih udah dikasihin ... eh kamu kok nanyanya aneh gitu sih ...?” Rasa terkejut yang hinggap di hatiku secara spontan merasuk. Aku tidak tahu apakah Riska bisa menangkap perubahan dalam ekspresi wajahku. Semoga saja tidak.
“Ah ... gak apa-apa kok ... cuma tanya aja ...” Riska tersenyum. Sebuah senyum yang aku rasakan mengandung arti. Arti terselubung tentunya.

# # #

16062010
05.02 WIB
Bapa,
Dua hari lagi tibalah saatnya hari yang membahagiakan buatku
Hari yang menegaskan
Bahwa RENCANA BAIK sajalah yang Engkau berikan pada umatMu
Dan bahwa semua akan tiba tepat pada waktunya
Dengan KEINDAHAN sematalah yang bersemayam
Bapa,
Terima kasih!


18062010
09.24 WIB
Gila ... siang amat bangunku hari ini!
Bapa,
Justru di saat hari bersejarah ini aku kangen Cah Ayu!
Kangen untuk kesekian kalinya!
Bapa,
Aku merasa sudah pada jalan buntu
Aku merasa bahwa tidak akan pernah ada jalan
Untuk melupakan Cah Ayu
Untuk menghapus wajah ayu itu dari benakku
Untuk mengubur sayang yang ada
Untuk membuang segala angan dan bayang Cah Ayu
Semakin jauh dan
Semakin sering
Aku menghindar
Justru semakin dalam rasa ini bersemayam
Aku sadar ...
Sungguh dengan sepenuh hati aku sadar
Bahwa perasaan sayang ini hanyalah MIMPI belaka
Hanyalah DUNIA DONGENG
Yang indah dan membahagiakan
Untuk diimajinasikan
Dikhayalkan
Namun,
Pahit dan menyesakkan dalam realitanya
Aku sadar ...
Cah Ayu tak pernah bisa terjangkau
Oleh tangan-tangan rapuh ini
Cah Ayu ...
Adalah jurang terdalam tak tersentuh
Adalah FATAMORGANA
Di dalam bagian hidupku
Cah Ayu ...
Adalah laksana udara yang aku hirup
Begitu dekat
Namun tak pernah bisa aku sentuh
Namun tak pernah bisa aku raih
Namun tak pernah bisa aku lihat
Hanya mampu aku rasakan



D E A L O V A

- ONCE -

Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Karena hati t’lah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yang s’lalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku s’lalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati
Bayangmu seakan nyata
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang ku hela
Kau selalu ada
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang
Tanpa dirimu aku merasa gila
Dan sepi
Dan sepi ...
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang ku hela
Kau selalu ada
Selalu ada

“Ehm ... permisi! ... Kak Karel ... apa kabar?” Suara lembut yang amat kukenal terdengar dari pintu kamarku. Dan ketika aku menoleh ... sebentuk senyuman kudapati di sana. Senyum meneduhkan nan menggetarkan.
“Eh ... eh ... Dewi ... kok tumben ...” Sungguh kurasakan serba salah akan apa yang mesti aku lakukan ... kata-kata apa yang mesti aku susun! Sungguh-sungguh gak karu-karuan diriku mendapati Dewi sudah berada di depan pintu kamarku yang memang terbuka ...
“Dewi ganggu ya ...”
“Eh ... oh ... gak kok! Sama sekali gak ngeganggu ... suprised aja aku ... oh iya ... sebentar ya ... ! Dewi tunggu aja di depan ...”

Selang lima menit kemudian ...
”Sori ya ... kelamaan nunggu ... nnggg ... gimana kabarnya?”
“Baik-baik aja Kak ... Cieee yang mo jadi pedete ... tambah keliatan berwibawa aja ...” Dewi tersenyum menggodaku. Ada sedikit kekakuan di dalam percakapan kami. Sementara aku sendiri memang belum bisa benar-benar menenangkan gemuruh jiwa ini.
“Ah ... bisa aja! Yaah ... pada akhirnya memang jalan yang udah disiapin Om G ... bener-bener gak bisa diduga ...”
“Kak Karel ... Dewi sengaja ke sini ... mau ngasih ini ...” Suara Dewi terdengar pelan, setelah beberapa saat kesunyian menyelimuti kami berdua. Sang gadis kemudian menyerahkan lembaran-lembaran kertas kepadaku.
“Baca dulu ya sampai selesai Kak Karel ...”
Dan dengan masih terheran-heran aku menuruti permintaan Dewi. Tak ada satu pun kata yang keluar dari mulutku, dan mulailah aku membaca ...

Kak Karel yang baik,
Maaf ya ... Dewi secara gak sengaja membaca diary Kak Karel. Gak banyak sih, Cuma tiga lembar tulisan tangan Kak Karel. Diary yang secara gak sengaja Dewi temukan di antara tumpukan buku dan kertas-kertas kerja waktu Dewi beresin meja Kak Karel di Sekretariat yang berantakan.
Diary yang mengagetkan!
Jujur ... saat Dewi pertamakali tahu apa yang dirasakan Kak Karel pada Dewi, ada rasa tersinggung dan marah. Ya ... begitu Dewi tau perasaan Kak Karel, awalnya spontan Dewi menganggap bahwa kedekatan Kak Karel dengan Dewi selama ini adalah tipu daya terselubung yang sengaja dirancang Kak Karel untuk ‘mendekati’ Dewi. Dewi menganggap bahwa ada maksud-maksud tertentu di balik keakraban kita. Maksud ‘lain’ yang tersembunyi. Dewi tidak suka itu! Sangat tidak suka! Kak Karel ternyata tidak tulus selama ini. Begitu anggapan yang ada dalam hati Dewi.
Pasti Kak Karel sudah dapat membaca gelagat yang Dewi perlihatkan. Ya ... memang semenjak membaca diary Kak Karel itu ... Dewi jadi males ketemu. Maaf ... bukan Dewi sok kecakepan atau bermaksud merendahkan Kak Karel yang sakit ... maaf ... AIDS. Dewi sama sekali tidak pernah mempermasalahkan sakit Kak Karel. Hanya memang semenjak awal kita dekat ... Dewi hanya menganggap Kak Karel sebagai seorang kakak ... tidak lebih!
Sekali waktu ... pernah juga Dewi mencoba untuk merenungkan dan mempergumulkan apa mungkin Dewi membalas sayang Kak Karel. Namun, setelah Dewi paksa sekuat tenaga ... tetap saja tidak bisa! Kak Karel bagi Dewi adalah seorang kakak. Kakak yang baik. Itu saja.
Kak Karel,
Ternyata ... inilah yang Dewi gak punya. Ya, rasa penyerahan diri secara utuh. Itu yang tidak Dewi punyai selama ini.
Ternyata ... justru karena ketulusan hatilah yang selama ini Kak Karel perlihatkan. Termasuk ketulusan hati dalam menyayangi Dewi. Kak Karel begitu tabah menjalani pergolakan-pergolakan batin yang ada.
Adalah kekeliruan jika Dewi tetap berlaku seperti selama ini!
Maafkan ... maafkan Dewi, Kak Karel!

“Ya ... Tuhan! Jadi Dewi udah tau kalo ...” Aku benar-benar tersentak. Apa yang selama ini aku rahasiakan ternyata telah diketahui. Terkuaknya sebuah rahasia. Rahasia terbesar bahkan. Tanpa aku sendiri menyadarinya.
“Iya Kak Karel ... Dewi sudah tahu!”

Dan kalau boleh ... ijinkan Dewi menjadi Cah Ayu bagi Kak Karel ... Cah Ayu yang bukan hanya ada di atas kertas seperti yang selama ini tertulis ...hihihi Dewi bisa puitis juga, kan?”
“Cah Ayu ... sini!” Aku menggapai tangan milik sang gadis pujaan. Membelai rambut hitam terurai. Memandang sorot mata meneduhkan. Menikmati senyum manis dan wajah ayunya. Bukan hanya di negeri khayalan. Namun nyata adanya.
“Terima kasih Bapa ... terima kasih Cah Ayu!” Hanya itu yang bisa terucap dari mulut dan hatiku yang masih tak habis-habisnya merasa takjub.

1 komentar:

WELAS ASIH mengatakan...

Kapan jadi pendetanya mas?