LOGO

LOGO
LOGO PARKIR

Rabu, 17 Desember 2008

CATATAN KEEMPAT

MASA PENCERAHAN


14022006
05.32 WIB
Valentine’s Day ... HARI KASIH SAYANG
Mungkin inilah Valentine’s Day yang paling berkesan dalam hidupku
Ya ...
Karena di hari inilah
Aku benar-benar dapat merasakan
Curahan kasih sayang sejati
Milik Sang Kuasa Tertinggi
Empu kehidupan
Terima kasih, Bapa!
Ternyatalah bahwa ENGKAU
Memang selalu ada
Dan setia menemani
Bapa,
Hati ini begitu pilu sekaligus bersyukur
PILU ....
Karena baru saat sekarang
Aku menyadari
Bahwa di tengah himpitan cobaan
Yang aku jalani
Aku justru semakin menjauh dariMU
Berlari dari dekapan hangatMU
Gampang memang! Untuk aku mendapat teman-teman baru ...
Yang bahkan seketika itu menjadi akrab
Layaknya teman-teman sejati, mereka menemani diriku yang tengah berada dalam kepedihan dan luka mendalam tiada terobati!
Awalnya aku kira demikian adanya
Karena mereka aku anggap mau mengerti apa yang aku inginkan
Ya,
Teman-teman baru nan setia
Yang berwujud kata-kata kotor
Berbentuk makian
Sumpah serapah
Yang berupa sikap apatis serba masa bodoh
dan ...
yang berbentuk cairan-cairan surga dunia
lintingan-lintingan daun nirwana
butiran-butiran kecil pembawa nikmat sesaat
yang dapat mengantarku terbang tinggi
ke dalam awang-awang
swargaloka nan indah
ciptaanku sendiri
Kehadiran teman-teman sejati
yang aku pikir dapat mengantarku keluar dari kesialan hidup ini
atau paling tidak membawaku lari jauh dari takdir
yang menurutku tidak adil ini

Namun ...
yang kudapat justru makin memperparah sebenarnya
mereka –teman-teman baruku itu-
secara perlahan tapi pasti
menggerogoti tubuh rapuhku ini
dan jika tiba pada puncaknya nanti
mereka akan menelanku menuju alam MAUT!
Oh .... Bapa penuh rahmat!
Syukur padaMU!
ENGKAU sama sekali tidak membiarkan
AnakMU yang hina ini
Terjatuh lebih dalam lagi!
Bapa,
Ada banyak sekali kejutan di hari Kasih Sayang ini ...
Mulai dari serangkai bunga dan sandwich cornet campur telur dadar menu favoritku yang disajikan oleh Bunda ...
Ada aliran kasih sayang yang melingkupi di sana
Juga ketika Bunda dan Riska mengajakku untuk berdoa bersama dan memintaku untuk memimpinnya. Kata mereka, mereka kangen mendengar suaraku memimpin doa.
Ada kehangatan kasih sayang di sana
Kemudian ...
Ketika Riska menyanyikan sebuah lagu. Padahal aku tahu sekali Riska tak pernah mau untuk menyanyi di depan orang lain karena suaranya fals ...
Dan memang ... lagu yang dinyanyikan untukku juga terdengar fals ... hehehe ...
Namun ... ada ketulusan kasih sayang bersemayam di sana
Bapa,
Semua itu sungguh aku rasakan

Cinta Sejati
Saat kurenungkan
Hidup bersamaMU
Seringkali kumelupakanMU
Kuberjalan sendiri
Seakan ku mampu
Lalui tanpa kekuatanMU
S’makin berat beban hidupku
S’makin ku menjauh dariMU
Namun ada cinta yang tak pernah berlalu
Cinta yang kudapat dariMU
T’lah teruji lalui rentangan sang waktu
KAU mati bagiku
Berkorban untuk diriku

Ya ... sungguh bahwa Engkau memiliki Cinta Sejati yang tiada tara
Cinta Sejati yang teruji oleh waktu dan tak lekang oleh waktu
Bahwa Engkau tidak pernah meninggalkan diriku
Bahwa Engkau selalu ada melalui orang-orang di sekitarku
Dan mungkin ini dapat mewakilinya ....

Tak Lekang Oleh Waktu
Berjalan tegap
Berdiri mendongak
Berlaku sebagai mahasiddha
Yang sakti mandraguna
Serba bisa
Segala mampu
Hohoho ....
Tunggu dulu !
Lihat !
Lihatlah !
Tak urung
Limbung jua terjerembab
Tumbang jua terperosok
Dihantam
Dihujam
Digulung
Terpaan badai
Sang Kahuripan
Nyatalah bahwa ...
Tak ada kekuatan super
Tak ada kedigjayaan sempurna
Nyatalah bahwa ...
Sekuat apapun diri berlaku
Sejauh apapun berlari
Sekeras apapun pengingkaran
Ada satu kemestian
Membelai lembut
Memberi sentuhan hangat
Membasuh keringnya jiwa
Selaras lantunan
Gita permenungan ...
“ Namun ada cinta
Yang tak pernah berlalu
Cinta yang kudapat dariMu
T’lah teruji lalui rentangan sang waktu
Kau mati bagiku
Berkorban untuk diriku ...”


Kesejatian cinta yang
Tanpa pernah beranjak
Tanpa sedikit pun berlalu
Dari waktu ke waktu
Thanks to Franky S. & Nikita
For the song “Cinta Sejati”

Terima kasih Bapa!

# # #

Aku membaca dengan lebih seksama lembaran kertas photocopian yang berjudul “Eksamen Khusus”. Lembaran yang aku dapatkan dulu sewaktu masih semester pertama di Sekolah Teologi. Entah apa yang mendorongku, tiba-tiba saja pagi hari ini aku begitu ingin melakukan apa yang pernah aku pelajari. Sebuah bentuk berkomunikasi dengan Sang Maha Ada yang baru aku sadari telah lama aku tinggalkan.
Eksamen Khusus
1. Eksamen (pemeriksaan batin) khusus, dilakukan untuk mengubah suatu kebiasaan buruk yang telah menjebak kita dalam suatu kelekatan tak teratur.
2. Eksamen khusus dilakukan dengan menyediakan “tiga waktu eksamen” setiap hari dalam suatu jangka waktu yang disepakati.
3. Ketiga waktu eksamen itu adalah :
• Pagi hari; segera setelah bangun tidur.
• Siang hari; setelah makan siang.
• Malam hari; menjelang tidur.
Adapun pemeriksaan batin yang kita lakukan adalah berdoa :
a. Mengucap syukur kepada Allah, bahwa IA setia mencintai kita.
b. Memohon rahmat kehendak kepada Allah, agar di dalam diri kita muncul keinginan serius untuk menelusuri waktu yang telah berlalu serta mengingat di mana kita jatuh ke dalam dosa.
c. Memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa kita.
d. Membuat niat untuk memperbaiki diri.
e. Doa Bapa Kami.

Aku merenungkan sejenak akan apa yang telah kubaca, dan mencoba untuk mempersiapkan diri untuk memasuki Eksamen Khusus. Ketika mencoba untuk melakukan relaksasi batin, aku teringat akan ‘Doa Santo Ignasius dari Loyola’ yang pernah aku tempel di dinding kamar dekat meja belajarku. Aku mecari-cari sebentar teks yang dimaksud dan... yap ketemu juga!
Allah Maha Kuasa dan Maha Penyayang
Dikau berkuasa untuk memberikan hidup
Dan Dikau pun berkuasa untuk ... menata segala sesuatu
Dari titik awal sampai titik akhir
Harapan Dikau yang berkobar-kobar adalah agar setiap insan diselamatkan dari keakuan dan penghancuran diri
Sebaliknya,
Dikau menghendaki agar Kerajaan Kasih muncul di hati kami
Dan Dikau hendak memeluk semua insan serta segala sesuatu yang ada di bumi
Aku memuji Dikau
Aku bersyukur kepada Dikau
Karena Dikau mengajarkan hal-hal ini kepada kami
Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami
Amin.

Setelah beberapa menit aku mencoba melakukan relaksasi batin dan memenangkan hati dan pikiran, maka mulailah proses berkomunikasi dengan Sang Khalik aku lakukan ...
“Karel ...!” Suara yang sangat aku kenal memecah keheninganku. Keheningan untuk mencoba mendengarkan suara Sang Khalik.
Perlahan aku membuka mata. Ada ketenangan yang menyejukkan menyelimuti diriku. Ketenangan yang entah dari mana datangnya. “Halo ... sobat! Maafkan semua kekasaranku tempo hari ya ...” Aku tersenyum kepada sang sahabat yang selama ini selalu setia dan sabar mendampingiku..
“Udah ... gak usah dipikirin! Gue iudah ngelupain kejadian itu kok ... yang penting elo sekarang udah kembali seperti Karel yang gue kenal ... gue seneng banget ...!” Albert membalas senyumanku ... juga dengan senyuman. Ada kehangatan di sana.
“Welcome back my Bro ...!” Albert kemudian duduk di lantai, “Silakan kalo elo mau terusin berdoa ...” Katanya tanpa menoleh padaku. Dirinya sibuk memilih-milih MP3 koleksiku di dalam rak.
“Gue udah selesai kok ... eh ... Bro! Kita ke tempat Bono ... gimana?”
“Boleh ... ayo berangkat sekarang ... gue juga kangen sama Si BonBin satu itu ...”

# # #

GEMBALA SEJATI
Karya : Papank

Dalam kediaman malam
Bergemuruh suara hati
Merasa terasing dipangku resah
Sementara sepi menyelimuti suasana
Kehampaan meraja
Sendiri,
Berlari tak tentu rimba
Bagai biduk di tengah lautan
Terombang-ambing
Diterpa gelombang kegalauan
Roboh
Ambruk
Tiada daya
Tiada rasa
Tiada karsa
Lemah diri menggapai sandaran
Bermedia kepasrahan utuh
Pada apa yang dibawa hidup
Dan dalam hening
Terdengar suara lembut
Mengalun
Menyentuh
Membasuh
Keringnya jiwa
Aku dengar !
Ya, aku dengar !
Lembut mengetuk pintu hati
Menggugah segenap indera
Kini diri berserah ya Tuhan
Hanya padaMu
Penguasa seru sekalian alam
Gembala Sejati
Yang senantiasa menjaga
Domba kecil
Piala lemah ini
Agar tiada terperosok
Dalam kubangan dosa
Sekarang hanya kesukaan mengemuka
Bahwa diri tiada sendiri
Arungi medan kahuripan
Implementasikan harmoni
Ora et Labora

15022006
06.17 WIB
Bapa,
Sebuah puisi yang aku salin dari tempat Bono kemarin. Puisi yang diberikan oleh Papank, salah seorang penderita kusta yang diberdayakan oleh Bono dan Om Kim.
Papank menderita penyakit kusta semenjak usia 13 tahun. Dia bahkan sempat dipasung oleh keluarganya karena dianggap terkena kutukan dan selalu dijauhi oleh masyarakat desa tempat Papank tinggal. Sampai akhirnya Papank dibuang karena keluarganya tidak sanggup lagi menerima tudingan bahwa keberadaan Papank yang terkena penyakit kutukan telah menyebabkan kegagalan panen serta matinya ternak-ternak milik penduduk desa.
Papank kemudian ditemukan oleh seorang petani tua di tengah hutan dalam kondisi yang mengenaskan. Petani yang memang hanya sebatang kara tersebut akhirnya merawat dan membesarkan Papank. Begitu Bono mendengar cerita mengenai Papank, dia berinisiatif mengajak Papank untuk diberdayakan bersama para penderita kusta yang lain.

Bapa,
Aku begitu terkesan mendengar penuturan kisah hidup Papank yang penuh dengan kepahitan dan penderitaan. Dia memiliki ketabahan yang tiada bandingannya, karena sepahit dan seberat apapun hidup yang dijalani Papank tidak pernah sekalipun menyerah.
Dia selalu berpegang pada keyakinan bahwa ‘Tuhan tak pernah meninggalkan umatNya’.
Bapa,
Terima kasih tak terkira ...
Engkau tak pernah lelah untuk selalumengingatkan aku
Melalui orang-orang seperti Papank
Melalui keluargaku
Melalui Albert
Betapa hina diriku ini
Jika dibandingkan dengan Papank, orang yang begitu sederhana namun memiliki kekuatan dan keyakinan penuh akan diriMu!
Sedang aku ...
Yang berlabel sarjana teologi
Yang berkiprah di dunia pelayanan
Yang hidup di kota serba ada
Justru serba tak mampu menghadapi kenyataan
Aku berlaku seolah yang paling benar
Bapa,
Ampuni diriku ini
Dan biarlah Engkau mampukan serta memberi kekuatan bagiku untuk dapat melalui alur kahuripan sepahit dan sesakit apapun. Amin.

“Hai ... Kak Karel! Selamat pagi ... gimana tidurnya ... enak kan ...?” Riska dengan tawanya yang ceria menghampiri diriku di dalam kamar, yang memang aku biarkan pintunya terbuka lebar.
“Halo juga cantik ...! Wah mau kemana nih pagi-pagi begini ... udah dandan ...?” Aku mengedipkan sebelah mataku untuk menggoda sang adik semata wayang.
“Ih ... Kakak! Tapi Riska happy banget deh liat Kakak tersayang pagi ini ... udah kumat lagi isengnya ...” Riska merangkulku dengan manja. Ada kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Kebahagiaan melihat sang kakak sudah berangsur-angsur kembali menjadi Karel yang dulu.
“Kak ... doain Riska ya ... hari ini Riska mau ngedate sama Sony ... itu lho adik kelas Kakak yang Kakak kenalkan waktu wisuda dulu ...”
“Sony ... ya ampun ... dia kan ‘Raja Buku’ ... bisa juga dia ngerayu cewek ... hahaha ...!”
“Wah ... Kakak belum tau aja ...”
“Belum tau apa ...? Belum tau kalau dia keringat dingin pas nembak kamu ...”
“Ih ... ini orang ...! Terus ... terus deh ... ngeledekin ...!” Riska mencubit lenganku dengan keras.
“Aduh ... ! Iya ... iya deh ... hahaha ...!” Aku masih tidak dapat menahan tertawaku. Terbayang wajah Sony, adik kelasku yang aktivitasnya tiada lain selain membaca buku itu, ketika berhadapan dengan Riska yang super manja. Tapi, sebenarnya aku senang kalau Riska dekat dengan orang model Sony, karena sebenarnya di balik sifatnya yang pendiam dan ‘kutu buku’ itu, Sony adalah orang yang memiliki kepedulian sosial sangat besar. Pengalamanku dengan Sony saat banjir besar melanda Jakarta beberapa tahun lalu membuktikannya. Bermodal semangat pantang menyerah yang seakan tak kenal istilah lelah, Sony berjibaku memberikan bantuan logistik kepada warga yang terisolasi di rumah-rumah dengan berperahu karet bersama tim SAR.
“Udah sana ... tuh pasti Arjunamu sudah datang ... ada yang ngetuk pintu depan ... sana selamat ber-Valentine ria...”
“Oke deh Kak Karel ... Riska berangkat dulu ya ...” Riska mengecup pipiku dan menekan jari telunjuknya ke pinggangku. Spontan aku melompat dari bangku tempat aku duduk. Dan ketika aku ingin membalas perbuatan jahilnya, Riska telah berlari menuju pintu depan. Aku tersenyum melihat keceriaannya. Keceriaan yang berasal dari rasa cinta.

# # #

“Malam Karel ...! Boleh Bunda masuk ...”
“Bunda ... kok pakai ijin segala ...”
“Kamu belum tidur ... Karel? Sudah malam ... Bunda lihat seharian ini kamu sibuk di depan komputer ... istirahatlah dulu! Besok kan bisa dilanjutkan lagi kalau pekerjaanmu belum selesai ..” Bunda membelai rambutku dengan penuh kasih.
“Iya ... Bun ... sebentar lagi kok ...! Abis tanggung ...” Aku menoleh pada Bunda. Tidak seperti biasanya Bunda terlihat begitu khawatir akan kondisiku.
“Bun ... terima kasih ya! Bunda begitu perhatian dan tidak pernah menyalahkan Karel ... terutama kelakuan Karel yang beberapa waktu lalu sangat tidak baik ...” Aku mencium tangan Bunda. Ciuman sebagai ekspresi dari rasa sayang dan bangga memiliki Bunda yang penuh pengertian.
“Sudahlah Karel ... tidak usah diingat-ingat lagi yang sudah berlalu! Bunda senang kamu sekarang lebih bisa menerima kenyataan ... seberat apapun itu kita pasti bisa melaluinya, bukan begitu Karel ...?”
“Benar ... Bun! Baiklah Karel sekarang istirahat dulu ... kondisi Karel kan tidak seperti dulu lagi ...”
“Nah ... lebih baik begitu Karel ... selamat malam ya ...” Bunda tersenyum dan menangis bahagia. Setelah membelai rambutku, Bunda meninggalkan kamar.
“Bapa, terima kasih ...!” Hanya itu yang dapat aku ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala kasih yang Dia berikan kepadaku. Kasih yang diberikan lewat keluargaku tercinta, Bunda dan Riska.

Tidak ada komentar: